Thursday, November 19, 2015

High School DxD Vol 19 - Rudra

Rudra

Aku — Azazel yang saat ini sedang berada di pinggiran kota terpencil di sebuah negara. Di akhir tahun, Aku sedang berada disebuah arus sungai kecil memegang sesuatu seperti tongkat pancing ikan. ….Meskipun Aku memang menikmati memancing….aku sekarang bahkan tidak merasa seperti memancing. Alasannya—ada disini. Duduk disebelahku dan memegang sebuah tongkat pancing ikan adalah seorang anak laki-laki yang sedikit tersenyum diwajahnya. Rambutnya hijau dan hitam, umurnya sekitar empat belas ke lima belas tahun, memiliki peringai biasa tapi merupakan anak laki-laki yang tampan—.
“…Kau tidak menyukai memancing?”
Anak laki-laki itu bertanya padaku.
“…..Tidak juga, meski dimasa lampau Aku menghabiskan beberapa tahun untuknya.”
Itu sebuah kebohongan. Para Fallen Angel memiliki hidup yang abadi, ada sebuah periode ketika Aku menghabiskan banyak waktuku untuk mencoba berlatih dan mendapatkan pengalaman dalam memancing. Mendengar responku, laki-laki itu tersenyum pahit.
“Eh, rasa antusiasku telah menghilang. Tapi, untuk waktu yang lama Aku sekali memiliki rasa antusias itu….”
Setelah perbincangan singkat tersebut, keheningan terjadi lagi. …Aku telah terus berusaha mengikuti hal ini untuk beberapa jam sekarang.Melihat begitu banyak waktu yang telah digunakan untuk ini, seharusnya ada setidaknya sebuah hasil dari memancing….. Ternyata sialnya, tidak ada ikan di arus ini. Meski begitu, anak laki-laki itu terlihat tertarik memancing ikan disini. Anak laki-laki itu tiba-tiba memecah keheningan dan mengatakan.
“Dikenal sebagai yang paling keji dari seluruh Fallen Angel, kau jugalah pemimpin mereka, sekarang kau sedang mencoba untuk menyebarkan kedamaian kepenjuru dunia. Ini sebuah lelucon. Jika Indra tahu tentang ini dia pastinya akan menertawakannya. …..Atau akankah dia tersenyum dan mengatakan sesuatu?”
Lalu Aku bertanya pada anak laki-laki itu tentang perhatian utamaku.
“Hanya ada satu hal yang Aku ingin tanyakan kepadamu. Setelah ini terjadi, bisakah kau menghentikan makhluk itu?”
Mendengarnya, anak laki-laki itu terlihat terkejut.
“666. Benarkah itu? Bukankah itu makhluk sakral dari mitologimu?”
“Satu-satunya yang dapat menghentikannya sekarang adalah kau.”
Setelah Aku mengatakannya, anak laki-laki tersenyum miring dan menjawab.
“Ophis tidak ada disini. Great Red dengan alami menolaknya. …Kalau begitu satu-satunya yang tersisa adalah aku.”
Anak laki-laki itu tersenyum kecut kepadaku, kemudian bertanya.
“Aku dengar satu dari para naga muda yang ada dipihakmu dapat berkomunikasi?”
“…..Meskipun jika itu memungkinkan Aku tidak ingin menggunakannya. Karena Aku tidak tahu apa yang akan terjadi.”
“Sebuah permintaan sulit dengan syarat yang tidak masuk akal. Ini bukanlah negosiasi yang benar.”
…Aku paham. Didalam posisiku, anak laki-laki ini….dewa ini bukanlah seseorang yang seperti diriku. Aku memahami ini tapi masih datang untuk memintanya.
“Jika ada apapun yang kau inginkan, sepanjang itu ada dalam kemampuanku, apapun itu Aku akan memuaskan permintaanmu. Jika diperlukan, Aku akan pergi dan meminta Odin dan Zeus. Bahkan nyawaku tidak masalah, Aku akan memberikannya kepadamu. Aku hanya perlu menghentikan kehancuran dunia ini. Hanya itu saja.”
Mendengar kata-kataku, anak laki-laki itu tertawa terbahak-bahak.
“Ahahahahahahaha, mendengarkan kontradiksi semacam itu sungguh sangat menarik!”
—Tapi kemudian anak laki-laki itu berbicara dalam sikap yang terang-terangan.
“—Tidak perlu, Meski itu Odin atau Zeus, atau nyawamu, Aku tidak tertarik padanya. Jika ada sesuatu yang memang Aku inginkan itu adalah — Ophis. Atau hal langka seperti Sirzechs Lucifer, begitu pula Ajuka Beelzebub. Aku ingin orang-orang uang bisa memberikanku ancaman kepadaku, Fallen Angel-san.”
Apa yang Dewa ini katakan, Aku….tidak tahu bagaimana menanggapinya. Setelah menilai reaksiku, anak laki-laki itu menunjukan sebuah senyum yang licik.
“Aku hanya bercanda. Ophis yang tidak sempurna atau seorang Iblis yang tidak memiliki niat untuk bertarung, tidak membuatku merasa tertarik.”
Anak laki-laki itu mengatakannya sambil ia beranjak berdiri.
“—Lalu Aku akan melakukannya. Bertarung dengan makhluk ini, jika dia ingin menyerang dunia yang lain, Aku akan menghentikannya. —Tapi semua yang lain hanya menjadi sebuah hambatan. Apakah itu adalah sesuatu yang sedang terjadi sekarang, atau sesuatu yang akan terjadi dimasa depan, itu tidak ada hubungannya denganku. Meskipun jika itu adalah Rizevim Livan Lucifer atau para Naga Jahat. Aku hanya akan meminjami mu bantuan jika hal yang terburuk dari yang terburuk datang. …..Apakah kau puas dengannya?”
…..Itu sudah cukup. Itu telahlah lebih dari cukup. Pada kesempatan kalau skenario terburuk datang terjadi, akan ada jaminan — dari Dewa ini. Jika dia berniat untuk meminjamkan hanya sedikit kekuatannya, maka tak peduli apapun jenis bantuannya itu akan dihargai sangat tinggi.
“…Ya, itu membuatku merasa lega. Aku sungguh berterima kasih—”
“Tidak pelu. Ini merupakan misiku yang sebenarnya. —Untuk menghancurkan segalanya.”
Sesuatu yang menggangguku, adalah anak laki-laki ini—dari arus yang mana seharusnya tidak terdapat seekorpun ikan, dia mengaitkan sejumlah besar ikan yang memancarkan sebuah kesakralan yang megah. …Apakah Dewa ini melihat sesuatu yang bahkan mataku tidak dapat melihatnya? Akan tetapi, ini tidaklah mengejutkan. Atmosfer dari Dewa ini memancar—membuatku merasakan semacam kekuatan yang tidak terukur.
“Aku mengerti. Aku tidak akan memiliki lagi keraguan apapun terhadapmu. —Shiva si Dewa Kehancuran.” Anak laki-laki ini—si Dewa Kehancuran menunjukkan senyuman yang lebar.
Mempertimbangkan skenario terburuk, perwakilan disini yang berupa Aku dan Shemhaza, Sirzechs, dan Michael yang akanlah membuat sebuah kesepakatan yang besar sekali untuk ‘jaminan’ ini.
“Kita akanlah perlu sebuah “penyokong” yang cukuplah kuat. Meskipun Odin dan Zeus sudahlah sangat kuat. Mempertimbangkan situasi terburuk yang memungkinkan—kebangkitan Trihexa, untuk mengalahkan Great Red, dan semua kekuatan kita juga berkurang sedikit.”
“Jadi, Azazel…kau menginginkannya?”
“…Benar sekali, Shiva. Jika Skenario terburuk menjadi sebuah kenyataan, kita membutuhkan orang yang dapat menghentikannya. Satu-satunya yang dapat melakukannya sekarang ini adalah—Sirzechs, kau tahu kan?”
“Apakah kau berbicara mengenai Shiva si Dewa Kehancuran?”
Jika tidak ada yang dapat mengendalikan Great Red selama bertarung, dan kekuatan Ophis telah melemah banyak, maka tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan rencana Rizevim untuk membangkitkan Trihexa dan juga para Naga Jahat. Meskipun mungkin ada harapan jika semua kekuatan bersatu…..tapi sebagai hasilnya, orang-orang kelas-Dewa disetiap mitologi akan perlu melakukan sebuah pengorbanan. Jika bahkan satu dari Dewa yang bertanggung jawab atas dunia manusia pergi menghilang, konsekuensi pada dunia akan sangat sulit untuk dibayangkan. Dalam kasus itu, kekuatan untuk mengalahkan Qlippoth masih saja diperlukan. Kekuatan penghancur orang-orang tertentu. —Jika Aku punya daftar orang yang mana Aku dekat dengannya, maka itu adalah — Shiva. Meskipun ada banyak poin yang belum jelas, dengan menyediakan semua informasi dan kondisi yang kita dapat tawarkan, dia akhirnya setuju. Hasil dari ini tidak bisa diabaikan. Akibat dari semua ini telah dipercayakan kepada Shiva. Ini mungkin setidaknya dapat menghindari skenario terburuk—.
Shiva menggunakan satu jari untuk menyentuh ikan besar yang telah dia tangkap. Setelahnya, ikan yang bergerak-gerak itu menjadi tenang. Shiva berkata kepadaku.
“—Azazel, kau telah menunjukkan padaku keinginanmu untuk mati. Kau sebaiknya lebih berhati-hati. Seorang laki-laki yang berkhotbah tentang kedamaian itu selalu sebuah keberadaan yang tidak sedap dipandang. Saat ini kau telah datang kesini untuk berbicara denganku tentang pertanda buruk. Bakatmu itu cukuplah mengagumkan.”
…Aku memang sadar akan resikonya. Namun, Aku ingin melakukan semuanya didalam jangkauan kekuatanku. ….Eh, tidak terlalu lama tadi, ini akanlah menjadi sangat berbahaya, Aku masih saja mengucapkan sebuah kata tabu…..
“Jika kau benar-benar percaya pada takdir itu, bahkan para Fallen Angel dapat bereinkarnasi, kan?”
Aku bertanya kecut, dan Shiva hanya mengangkat pundaknya.
Upah dari sebuah dosa adalah kematian —- Kitab Suci





Sumber ravelive.wordpress.com

No comments:

Post a Comment

Tolong Komentar dengan Sopan dan Santun, juga Follow Hidrile Blog. Terima Kasih